HubunganMotivasi Belajar dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Baru . Fakultas Keperawatan USU . Disusun Oleh : Insanul Fikri Wiselly . 161101162 . Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak
PersyaratanPeserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka Angkatan 2. 1. Mahasiswa aktif, terdaftar pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti), dan sedang menempuh semester ketiga atau lebih. 2. Belum pernah mengikuti PMM 1 dan/atau tidak sedang terdaftar aktif dalam Program Kampus Merdeka yang lain. 3. Tidak pernah dikenakan sanksi akademik dan
1 Belajar Soal-Soal Tahun Lalu. Lolos tes seleksi masuk perguruan tinggi negeri tanpa bimbingan belajar sangat mungkin bagi calon mahasiswa. Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah belajar soal-soal dari tahun lalu. Biasanya tipe soal tes masuk perguruan tinggi hampir sama dari tahun ke tahun. Untuk itu kamu harus mempelajari soal-soal
JurusanBahasa Jerman sudah banyak terdapat pada perguruan tinggi negeri maupun swasta yang ada di Indonesia. Universitas Negeri Makassar adalah salah satu perguruan tinggi yang menyediakan Strata 1 (S1) Pendidikan Bahasa untuk memperoleh informasi mengenai masalah-masalah mahasiswa yang belum pernah belajar bahasa Jerman dijenjang sebelumnya.
JAKARTA- Merdeka Belajar episode 6 tentang pendanaan pemerintah untuk perguruan tinggi dinilai akan mendorong paradigma perguruan tinggi dari birokratis ke performa kinerja. Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Asep Saefuddin mengatakan, dia sangat mengapresiatif terhadap Merdeka Belajar episode enam yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tersebut.
Universitastersebut pada puncak jayanya pernah punya jumlah mahasiswa lebih dari 200 ribu orang. Menteri Pendidikan Betsy de Vos belum lama ini mengatakan, kebanyakan peminjam telah mendapat keuntungan dari perguruan tinggi tempatnya belajar. Dengan demikian, paling banyak mereka hanya bisa minta penghapusan sebagian utang saja.
5KmT. Embora existam divergências entre especialistas sobre quais instituições de ensino são, de fato, as pioneiras, registros das próprias entidades servem para mapear onde surgiram as primeiras instituições voltadas para o progresso do conhecimento científico, tal como entendemos atualmente. É importante lembrar que na Grécia antiga, China e mundo árabe - para citar alguns exemplos - havia espaços de ensino superior antes da concepção europeia de universidade, mas elas eram culturalmente diferentes do que observamos hoje. A maioria delas não ofereciam graus e tinham organizações culturais particulares. A seguir, confira algumas das primeiras universidades originadas a partir do modelo europeu e que mantêm atividades acadêmicas até os dias de hoje. Universidade de Bolonha, Itália - 1088 Universidade de Paris, França - 1170 Universidade de Oxford, Inglaterra - 1167 Universidade de Cambridge, Inglaterra - 1209 Universidade de Salamanca, Espanha - 1218 Universidade de Pádua, Itália - 1222 Universidade de Coimbra, Portugal - 1290 Universidade de Heidelberg, Alemanha -1386 Universidade Humboldt de Berlim, Alemanha – 1810 Universidade Autônoma de Santo Domingo, na República Dominicana - 1538
Jakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek mengeluarkan skema baru pada program IISMA atau International Student Mobility Awards. Pada pelaksanaan tahun 2023, akan ada skema pendanaan parsial antara mahasiswa dengan program IISMA dengan pendanaan bersama atau co-funding ini didanai oleh dua pihak, yaitu pemerintah dan mahasiswa secara mandiri."Pembukaan Program IISMA jalur co-funding ini sejalan dengan terus meningkatnya antusiasme dan animo yang tinggi baik dari mahasiswa, perguruan tinggi dalam negeri, dan berbagai institusi pendidikan terbaik di luar negeri," jelas Plt Dirjen Dikti, Nizam 2/6/2023.IISMA dengan skema co-funding dinilai membuka lebih banyak pintu untuk mahasiswa belajar dan menumbuhkan potensi diri."Oleh sebab itu, kami mengajak seluruh talenta-talenta terbaik yang dimiliki Indonesia untuk mendaftar ke dalam program IISMA Co-funding dan merasakan atmosfer pembelajaran di berbagai perguruan tinggi terkemuka di seluruh dunia," ungkap IISMA skema co-funding akan dimulai pada 10 Juni digulirkan pada 2021 lalu, pada program IISMA sendiri sudah lebih dari 20 ribu mahasiswa yang mendaftar. Sebanyak mahasiswa sarjana ataupun vokasi juga telah dikirim ke luar satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka MBKM ini telah mengirim 9 mahasiswa dari daerah tertinggal dan 73 mahasiswa penerima Bidikmisi dan KIP Kemendikbudristek menyebut, IISMA sekaligus merupakan langkah diplomasi untuk pemerintah Indonesia dalam meningkatkan diplomasi di tingkat internasional melalui pertemuan mahasiswa lokal dan internasional, dosen, dan masyarakat."Oleh sebab itu, kami mengajak seluruh talenta-talenta terbaik yang dimiliki Indonesia untuk mendaftar ke dalam Program IISMA Co-funding dan merasakan atmosfer pembelajaran di berbagai perguruan tinggi terkemuka di seluruh dunia," tambah mengenai program IISMA Pendanaan Bersama co-funding bisa dilihat melalui laman resminya di Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] nah/nwk
Jakarta - Berupaya berikan bekal komprehensif untuk lulusannya, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PBSI Universitas Muhammadiyah Malang UMM memastikan mahasiswanya memiliki keahlian ekstra. Melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka MBKM mereka diajari keahlian di luar akademik yang memberikan nilai tambah dan kompetensi. Bahkan ada ratusan mahasiswa yang lulus tanpa skripsi berkat program tersebut."Jadi ada tiga program yang kami berikan. Mulai dari pertukaran mahasiswa, magang, hingga menjadi asisten mengajar di sekolah," ujar Kepala Program Studi PBSI, Arif Setiawan, pertukaran mahasiswa, Arif menyebutkan bahwa mahasiswa boleh memilih universitas manapun. Ini menjadi peluang mereka untuk merasakan iklim kampus yang berbeda, dengan tantangan dan pengalaman yang istimewa. Sedangkan untuk magang, karena konsepnya diluar keguruan, PBSI UMM telah bekerjasama dengan instansi, lembaga atau perusahaan yang masih berhubungan dengan jurusan. Termasuk di dalamnya industri penerbitan."Magang itu konsepnya di luar keguruan. Jadi mahasiswa diajarkan tentang kewirausahaan salah satunya melalui Center of Excellence CoE Entrepreneur Perbukuan yang bekerjasama dengan perusahaan penerbitan. Sementara itu, asisten mengajar lebih fokus untuk menguatkan profil utama lulusan sebagai guru," jelas Universitas Muhammadiyah MalangIa juga menjelaskan bahwa implementasi program MBKM ini dinilai sangat membantu mahasiswa. Selain mendapatkan ilmu dan pengalaman di luar kampus, mereka juga bisa menyelesaikan tugas akhir dengan tepat dan cepat."Peluang-peluang MBKM yang disediakan oleh prodi PBSI ini juga memberikan kesempatan mahasiswa untuk membuat luaran atau laporan. Data-data tersebut bisa dijadikan sebagai tugas akhir. Sehingga bisa lulus tanpa skripsi karena sudah diekuivalensi. Seperti halnya magang di penerbitan, di mana mereka menyusun buku bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum merdeka," tersebut bisa dijadikan scriptprenuer yang diarahkan ke penelitian pengembangan. Untuk asisten mengajar, bisa mengumpulkan data sebanyak mungkin terkait studi kasusnya. Dari studi kasus tersebut, hasilnya dapat dijadikan untuk menulis artikel dan dipublikasikan ke jurnal Sinta Universitas Muhammadiyah Malang"Pada intinya, mahasiswa yang mengikuti program MBKM ini bisa dipastikan siap untuk mengikuti ujian akhir. Jadi selain mengikuti magang, mereka juga dituntut untuk mampu menyuguhkan data untuk studi kasus atau pengembangan. Dengan berjalannya MBKM ini, ratusan mahasiswa PBSI mampu lulus tanpa skripsi dalam kurun waktu satu tahun," Content Promotion/UMM
Sebuah tahapan pendidikan tinggi yang bisa ditempuh oleh masyarakat untuk memperoleh ilmu lebih dalam adalah perguruan tinggi tempat mahasiswa pernah belajar yang populer. Salah satu kriteria menjadi populer adalah menjadi terbaik. Perguruan tinggi memiliki 3 jenis. Di antaranya pendidikan akademik, profesi, serta vokasi. Pendidikan akademik diarahkan pada penguasaan terhadap ilmu pengetahuan tertentu dan mencakup program sarjana, magister, serta doktor. Pendidikan profesi merupakan sebuah pendidikan tinggi setelah menjalani program sarjana. Tujuannya untuk mempersiapkan peserta agar mempunyai persyaratan keahlian khusus. Lalu pendidikan vokasi yakni penguasaan keahlian yang setara dengan pendidikan akademik. Perguruan Tinggi Tempat Mahasiswa Pernah Belajar Dalam Negeri Di dalam negeri, ada beberapa perguruan tinggi yang populer, terbaik, dan dambaan bagi calon mahasiswa untuk belajar. Mulai dari Universitas Indonesia hingga ITB masuk ke dalam daftarnya. 1. Perguruan Tinggi Pertama Universitas Indonesia Universitas Indonesia memiliki kampus utama yang terletak di utara dari Depok. Ini tepat di perbatasan antara Kota Depok dengan Jakarta Selatan. Lalu kampus utama lainnya di Jakarta Pusat, tepatnya di Salemba. Salah satu atribut yang dimiliki oleh perguruan tinggi tempat mahasiswa pernah belajar ini adalah jakun atau jaket kuning. Warna dasarnya kuning dengan lambang UI yakni Makara di sebelah kiri dada. Lambang ini diciptakan oleh Sumartono pada tahun 1952. 2. Perguruan Tinggi Kedua Universitas Airlangga Fakultas yang dimiliki oleh Universitas Airlangga cukup banyak. Di antaranya fakultas ilmu budaya, ekonomi dan bisnis, kedokteran, kedokteran gigi, kedokteran hewan, perikanan dan lautan, farmasi, psikologi, sains dan teknologi, kesehatan masyarakat, dan hukum. Selain itu juga ada fakultas keperawatan, vokasi, ilmu sosial dan politik, teknologi maju dan multidisiplin, serta sekolah pascasarjana. Adapun beasiswanya antara lain PPA, Pemuda Tangguh Surabaya, Paragon, Pelayanan Kasih A & A Rachmat, dan Djarum Beasiswa Plus. 3. Perguruan Tinggi Ketiga Institut Teknologi Bandung ITB ITB merupakan sekolah tinggi teknik pertama Indonesia yang ada sejak tahun 1920. Ada banyak fakultas disini yakni fakultas teknik sipil dan lingkungan, teknik mesin dan dirgantara, sekolah tinggi ilmu dan teknologi hayati serta teknik pertambangan dan perminyakan. Selain itu, ada fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, ilmu dan teknologi kebumian, seni rupa dan desain, teknologi industri, sekolah bisnis dan manajemen, farmasi, teknik elektro dan informatika. Lalu, sekolah arsitek, perencanaan, dan pengembangan. Perguruan tinggi tempat mahasiswa pernah belajar ini juga menyediakan beragam beasiswa. Di antaranya beasiswa Bidikmisi, Unggulan Supersemar, ABB Jurgen Dormann Foundation, IIEF GE Foundation, PPA, serta Bakti BCA. Beberapa Perguruan Tinggi di Luar Negeri Tidak hanya perguruan di dalam negeri, di luar negeri juga menjadi tempat perguruan tinggi populer yang diminati oleh banyak orang. Anda bisa mencoba University of Oxford serta Harvard University. 1. Perguruan Tinggi Pertama Ada University of Oxford University of Oxford berada di Wellington Square, Oxford. Ada 4 divisi akademik utama di perguruan tinggi ini, yakni divisi ilmu sosial, ilmu medis, humaniora, dan matematika, fisika, dan ilmu alam. Salah satu perguruan tinggi tempat mahasiswa pernah belajar ini adalah anggota inti dari sebuah bagian segitiga emas universitas di Britania. Perguruan tinggi ini juga menjadi anggota dari Aliansi Internasional Universitas, G5, serta Liga Universitas Riset Eropa. 2. Perguruan Tinggi Kedua Ada Harvard University Harvard University menyediakan beberapa fakultas seperti fakultas seni dan sains, sekolah desain, bisnis, pascasarjana pendidikan, keagamaan, pemerintahan JFK, kedokteran, kesehatan masyarakat, serta hukum. Harvard juga menyediakan program musim panas. Pada saat ini perguruan tinggi menjadi salah satu jalan ditempuh seseorang untuk menambah wawasan serta pengalamannya. Perguruan tinggi tempat mahasiswa pernah belajar yang populer dan diminati oleh semua orang tersebar di dalam dan luar negeri.
This research is entitled "Learning to Write Scientific Papers with the Discovery Method in Higher Education". The problem in this research is how to learn scientific writing with the discovery method in universities? The purpose of this research is to describe the learning of scientific writing with the discovery method in universities. The method used in this research is descriptive qualitative. Based on the results of the study, the discovery method has not been widely applied by lecturers in learning scientific writing. The obstacles are 1 lecturers still use the assignment method and examples, 2 lecturers still have difficulty in compiling learning tools using the discovery method, and 3 lecturers only provide scientific writing material due to a systematic misunderstanding between general and environmental rules. Therefore, scientific writing material needs to be given to students based on the discovery method. The selection of the right learning method is very influential on the success of students in scientific writing. The facts obtained indicate the need for appropriate learning methods. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Pembelajaran Menulis Karya Tulis Ilmiah dengan Metode Discovery di Perguruan Tinggi Marya Ulfa 142 Pembelajaran Menulis Karya Tulis Ilmiah dengan Metode Discovery di Perguruan Tinggi Marya Ulfa Faculty of Language and Culture, Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Email maryau700 ABSTRACT This research is entitled "Learning to Write Scientific Papers with the Discovery Method in Higher Education". The problem in this research is how to learn scientific writing with the discovery method in universities? The purpose of this research is to describe the learning of scientific writing with the discovery method in universities. The method used in this research is descriptive qualitative. Based on the results of the study, the discovery method has not been widely applied by lecturers in learning scientific writing. The obstacles are 1 lecturers still use the assignment method and examples, 2 lecturers still have difficulty in compiling learning tools using the discovery method, and 3 lecturers only provide scientific writing material due to a systematic misunderstanding between general and environmental rules. Therefore, scientific writing material needs to be given to students based on the discovery method. The selection of the right learning method is very influential on the success of students in scientific writing. The facts obtained indicate the need for appropriate learning methods. Keywords Writing, Scientific Writing, and Discovery Method. RINGKASAN Penelitian ini berjudul “Pembelajaran Menulis Karya Tulis Ilmiah dengan Metode Discovery di Perguruan Tinggi”. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pembelajaran karya tulis ilmiah dengan metode discovery di perguruan tinggi? Tujuan dalam penelitian ini adalah mendekripsikan pembelajaran karya tulis ilmiah dengan metode discovery di perguruan tinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, metode discovery belum banyak diterapkan dosen dalam pembelajaran karya tulis ilmiah. Ada pun kendalanya adalah 1 dosen masih menggunakan metode penugasan dan contoh, 2 dosen masih mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran dengan metode discovery, dan 3 dosen hanya memberikan materi karya tulis ilmiah disebabkan oleh ketidakfahaman sistematika antara kaidah secara umum dan selingkung. Oleh karena itu, materi karya tulis ilmiah perlu diberikan kepada mahasiswa dengan berbasis metode discovery. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan mahasiswa dalam menulis karya tulis ilmiah. Fakta yang diperoleh menunjukkan adanya kebutuhan metode pembelajaran yang tepat. Kata Kunci Menulis, Karya Tulis Ilmiah, dan Metode Discovery. Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, 8 2, November 2021, 142-155 Copyright © 2021, Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, e-ISSN 2775-4618, p-ISSN 2355-8660 143 I. Pendahuluan Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap beberapa dosen dan mahasiswa pada perkuliahan karya tulis ilmiah di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang pada tahun 2020, diperoleh keterangan bahwa pembelajaran karya tulis ilmiah hampir tidak diberikan secara intensif. Karya tulis ilmiah hanya sebagai pengetahuan yang diberikan kepada mahasiswa tanpa adanya pendalaman dan tindak lanjut untuk memproduksinya. Terdapat juga salah tafsir mengenai kaidah secara umum dan selingkung. Sistematika penulisan karya tulis ilmiah antara kaidah secara umum dan selingkung dianggap sama. Butuh metode dan cara yang tepat untuk memberikan pemahaman mahasiswa agar tercipta keselarasan. Dengan demikian, diperlukan perangkat pembelajaran yang tepat. Selanjutnya, permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana pembelajaran karya tulis ilmiah dengan metode discovery di perguruan tinggi. Tujuan dalam penelitian ini yaitu mendekripsikan pembelajaran menulis cerita bergambar dengan metode discovery di perguruan tinggi. Melalui proses tersebut, diharapkan pembelajaran karya tulis ilmiah dengan metode discovery di perguruan tinggi dapat optimal. 2. Landasan Teori Karya Tulis Ilmiah Dwiloka dan Riana 20051-2 Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan yang berupa hasil pengembangan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan,kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan oranglain sebelumnya. Menurut Yamilah dan Samsoerizal 1994 90 memaparkan bahwa ragam karya ilmiah terdiri atas beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Menurut pengelompokan itu, dikenal ragam karya ilmiah seperti ; makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Pembelajaran Menulis Karya Tulis Ilmiah dengan Metode Discovery di Perguruan Tinggi Marya Ulfa 144 Menurut Sikumbang 1981, sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut. a. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, pasti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas. b. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang. c. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku. d. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis. e. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual. f. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat. Salah satu dasar penggolongan karangan disebut oleh jones 1960, yang membagi karangan ilmiah dan karangan non-ilmiah, berdasarkan fakta yang disajikan dalam karangan itu, yaitu fakta umum dan fakta pribadi Haryanto dkk, 20007 Penggolongan bisa pula dilakukan berdasarkan metodologi penulisanya, menjadi karangan ilmiah dan karangan tidak ilmiah. Bila karangan menyajikan fakta umum maupun pribadi, namun disajikan tidak dengan metoda yang baik dan benar maka disebut karangan yang tidak ilmiah Haryanto dkk, 20007 Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karya tulis ilmiah adalah suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya. Hakikat Metode Discovery Ditinjau dari kata discover berarti menemukan, sedangkan discovery adalah penemuan Echol dan Sadili 1996185. Berkaitan dengan pendidikan, Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, 8 2, November 2021, 142-155 Copyright © 2021, Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, e-ISSN 2775-4618, p-ISSN 2355-8660 145 Hamalik 199490-91 menyatakan bahwa discovery merupakan proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para peserta didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan. Dengan kata lain, kemampuan mental intelektual merupakan faktor penentuan terhadap keberhasilan dalam menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi, termasuk persoalan belajar. Berkaitan dengan pendapat diatas, metode pembelajaran yang dikembangkan Bruner dalam Djamarah 199622 lebih menitikberatkan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sesuatu melalui proses inquiry penelitian secara terstruktur dan terorganisir dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Siregar 198576-77 bahwa discovery by learning adalah proses pembelajaran untuk menemukan sesuatu yang baru dalam kegiatan belajar-mengajar. Proses belajar dapat menemukan sesuatu apabila pendidik menyusun terlebih dahulu beragam materi yang akan disampaikan, selanjutnya mereka dapat melakukan proses untuk menemukan sendiri berbagai hal penting terkait dengan kesulitan dalam pembelajaran. Pada tataran aplikasi, discovery disajikan dalan bentuk yang cukup sederhana, fleksibel, dan demikian, masih diperlukan adanya pengkajian-pengkajian secara empiris dan praktis yang menuntut perserta didik lebih peka dalam mengoptimalkan kecerdasan intelektual dengan matang, tanpa banyak bergantung pada arahan pendidik. Hal tersebut berkaitan dengan pandangan Ilahi 201233 bahwa discovery merupakan salah satu metode yang memungkinkan para peserta didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar-mengajar, sehingga mampu menggunakan proses mental untuk menemukan suatu konsep atau teori yang sedang dipelajari. Dengan kata lain, landasan pemikiran yang mendasai pendekatan belajar-mengajar ini bisa lebih mudah dihafal dan diingat, serta mudah ditransformasikan dalam menghadapi kompleksitas permasalahan yang beragam. Pembelajaran Menulis Karya Tulis Ilmiah dengan Metode Discovery di Perguruan Tinggi Marya Ulfa 146 Berdasarkan berberapa pengertian yang sudah dijelaskan, aplikasi metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif dari discovery sangat berkaitan dengan realitas kehidupan yang empiris. Mengingat pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas sangat relevan dengan perkembangan zaman, terutama kemandirian peserta didik dalam menghadapi suatu persoalan kehidupan yang menuntut pemecahan secara holistik. Dengan demikian, tidak heran bila alternatif metode pembelajaran yang dianggap relevan dengan realitas kehidupan adalah bagaiamana perserta didik mampu diajak dan diberi motivasi untuk berpikir inovatif dalam menemukan sesuatau yang baru. Metode pembelajaran ini pada gilirannya akan mampu merangsang mahasiswa dalam menganalisis suatu persoalan yang sedang terjadi. Selain itu, aplikasi discovery juga menekan proses pengembangan diri self development yang menuntut mereka bisa mengolah pikiran dan mengoptimalkan potensi. Pada aplikasi tersebut, terdapat implikasi yang mendasari discovery learning sejalan dengan pernyataan Soemanto 2006228, yaitu a potensi intelektual para peserta didik akan semakin meningkat, b peserta didik akan belajar mengorganisasi dan menghadapi problem dengan metode pencarian masalah dengan memecahkan masalah sendiri yang sesuai dengan kapasitas mereka sebagai pembelajaran, dan c discovery mengarah pada self reward. Dengan demikian, berbagai implikasipembelajaran discovery sangat efektif dan efisien dalam mendayagunakan skill peserta didik untuk belajar memahami arti pendidikan yang sebenarnya. Pada sistem pembelajaran discovery, seorang pendidik tidak langsung menyajikan bahan pelajaran, akan tetapi peserta didik diberi peluang untunk menemukan sendiri suatu persoalan dengan menggunakan pendekatan problem itu, Ahmad dan Prasetya 200522 mengemukakan secara garis besar bahwa prosedur pembelajaran berdasarkan penemuan discovery based learning adalah 1 simulation, 2 problem statement,data collection, 4 data processing, 5 verification, dan 6 generalization. Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, 8 2, November 2021, 142-155 Copyright © 2021, Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, e-ISSN 2775-4618, p-ISSN 2355-8660 147 Kegiatan discovery dapat dilakukan dengan melalui berbagai cara sesuai yang ditawarkan Ibrahim dan Syaodih 200338, yaitu a berdiskusi, b bertanya, c observation, d experiment,e menstimulasi, f inquiry approach, dan g memecahkan masalah. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Data-data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan angket terhadap dosen dan mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Universitas AKI Semarang, dan Universitas Karya Husada Semarang. Selanjutnya, dilakukan triangulasi terhadap data-data hasil penelitian yang telah diperoleh. Dengan demikian, data hasil penelitian yang diperoleh dan dideskripsikan akurat/valid. 4. Hasil dan Pembahasan Hasil Wawancara Tahap ini dilaksanakan pada bulan April dan Mei di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Universitas AKI Semarang, dan Universitas Karya Husada Semarang. Berdasarkan wawancara kepada dosen dan mahasiswa diperoleh data sebagai berikut. Analisis kebutuhan mahasiswa dalam pembelajaran karya tulis ilmiah berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Semarang. Responden berjumlah 24 berpendapat bahwa karya tulis ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Responden berjumlah 26 hanya menjelaskan makna karya tulis ilmiah. Pernah sebelum mengikuti kuliah 14, tidak mengisi 1, belum pernah 35. Menulis karya tulis ilmiah memerlukan pemikiran lebih mendalam. Media dan metode pendukung sangat diperlukan. Dengan adanya media dan metode pendukung akan mempermudah dalam membuat karya tulis ilmiah secara sistematis Pembelajaran Menulis Karya Tulis Ilmiah dengan Metode Discovery di Perguruan Tinggi Marya Ulfa 148 Responden menjawab tidak tahu 38, tidak mengisi 5, 7 menjawab Media dan metode yang digunakan untuk membuat karya tulis ilmiah tepat dan tidak membosankan. Tidak menjawab 6, belum pernah 44, Tidak pernah 49 pernah 1 pada mata kuliah metodologi penelitian. Metode yang menuntut siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat mencari permasalahnnya sendiri, pembelajaran yang mengedepankan siswa mencari permasalahan sendiri. Pembelajaran yang berbasis masalah, ditekankan pada ditemukannya konsep sendiri, Tidak pernah 8, tidak menjawab 2, pernah 40 pada mata kuliah metode penelitian bahasa dan sastra. Pembelajaran ini dapat membantu peserta didik lebih mandiri, sangat menantang dan menyenangkan, dalam pembelajaran lebih bervariasi, pembelajaran lebih hidup, mahasiswa dapat menemukan sesuatu yang baru. Sementara itu, hasil wawancara dari Universitas AKI Semarang diperoleh terhadap responden menjawab pernah 14, tidak pernah 1, pernah untuk mata kuliah estetik 4, pernah untuk mata kuliah metodologi penelitian 17, media Pembelajaran 2, tidak menjawab 2. Responden tidak pernah 7, tidak menjawab 2, pernah ketika menulis ide kreatif di android masing-masing 12. Responden menjawab perlu, karena untuk menunjang dan mempermudah dalam membuat karya tulis ilmiah, pembelajaran tidak monoton, mempermudah menemukan inspirasi dalam membuat karya tulis ilmiah. Tidak tahu 15, tidak menjawab 4, suatu aplikasi dalam komputer yang digunakan untuk membuat media pembelajaran. Belum pernah 18, tidak menjawab 3. Berbeda dengan itu, hasil wawancara yang dilakukan di Universitas Karya Husada terhadap responden adalah karya tulis ilmiah adalah menarik, kreatif, dan ilmiah yang di dalamnya terdapat kaidah-kaidah dalam sistematika. Responden pernah mendapatkan materi karya tulis ilmiah. Mata kuliah metode penelitian. Responden sangat sulit memaparkan latar belakang dalam penelitian karena belum ada ide jadi masih sulit dituangkan dalam bentuk tulisan. Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, 8 2, November 2021, 142-155 Copyright © 2021, Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, e-ISSN 2775-4618, p-ISSN 2355-8660 149 Responden memerlukan media yang tepat untuk menulis, agar karya tulis ilmiah mampu diciptakan dalam bentuk tulisan dan ada tempat untuk mencurahkan inspirasi dalam melakukan penelitian. Pembelajaran discovery adalah pembelajaran yang bermakana, karena mampu menemukan sendiri. Responden pernah menggunakan media discovery pada mata kuliah yang lain. Pembelajaran dengan metode discovery sangat menyenangkan karena pembelajarannya inovatif dan kreatif, sehingga tidak bosan dalam pembelajaran. Hasil Observasi Tahap ini dilaksanakan pada bulan April dan Mei di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Universitas AKI Semarang, dan Universitas Karya Husada Semarang. Berdasarkan observasi yang diperoleh dari masing-masing perguruan tinggi diperoleh data bahwa 1 mahasiswa belum memahami perbedaan antara kaidah secara umum dan kaidah selingkung, 2 karya tulis ilmiah tidak diberikan secara intensif, 3 pembelajaran karya tulis ilmiah disampaikan dengan metode penugasan dan contoh yang menjadikan mahasiswa cenderung jenuh dan tidak memahami secara mendalam hakikat karya tulis ilmiah, dan 4 pembelajaran yang tidak student centered melainkan teacher centered sehingga pembelajaran banyak berorientasi pada dosen dan mahasiswa hanya menerima materi tanpa melakukan penemuan secara langsung dan mandiri. Hasil Angket Berdasarkan angket yang diberikan kepada dosen dan mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang diperoleh data bahwa hasil angket dari 12 pertanyaan yang diajukan kepada 50 mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Semarang. Tanggapan responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan. Rata-rata indeks skor jawaban berada pada rentang indeks skor tinggi. Berdasarkan data tersebut pertanyaan pertama mengenai pengetahuan tentang karya tulis ilmiah 6 responden menjawab ya, 1 menjawab tidak, 0 Pembelajaran Menulis Karya Tulis Ilmiah dengan Metode Discovery di Perguruan Tinggi Marya Ulfa 150 menjawab pernah, 1 menjawab tidak pernah, 11 menjawab perlu, dan 1 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa karya tulis ilmiah perlu diajarkan untuk mahasiswa. Pertanyaan kedua mengenai materi karya tulis ilmiah, 3 responden menjawab ya, 16 menjawab tidak, 11 menjawab pernah, 18 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa materi kurang diajarkan pada mahasiswa. Pertanyaan ketiga mengenai mata kuliah tentang karya tulis ilmiah, 2 responden menjawab ya, 14 menjawab tidak, 0 menjawab pernah, 7 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada mata kuliah tentang karya tulis ilmiah. Pertanyaan keempat mengenai kesulitan dalam menulis karya tulis ilmiah, 16 responden menjawab ya, 5 menjawab tidak, 19 menjawab pernah, 6 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa pernah mengalami kesulitan dalam menulis karya tulis ilmiah. Pertanyaan kelima mengenai keperluan media untuk menulis karya tulis ilmiah, 19 responden menjawab ya, 0 menjawab tidak, 0 menjawab pernah, 1 menjawab tidak pernah, 29 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa memerlukan media untuk menulis karya tulis ilmiah. Pertanyaan keenam mengenai metode pembelajaran discovery, 15 responden menjawab ya, 6 menjawab tidak, 4 menjawab pernah, 0 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa mengetahui metode pembelajaran discovery. Pertanyaan ketujuh mengenai materi menggunakan metode discovery, 7 responden menjawab ya, 8 menjawab tidak, 31 menjawab pernah, 1 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa metode discovery pernah diajarkan pada mahasiswa. Pertanyaan kedelapan mengenai hasil pembelajaran menggunakan metode discovery. 9 responden menjawab ya, 5 menjawab tidak, 19 menjawab pernah, 4 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, 8 2, November 2021, 142-155 Copyright © 2021, Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, e-ISSN 2775-4618, p-ISSN 2355-8660 151 perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa pernah berhasil dengan metode discovery. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa 83 responden menjawab ya, 105 responden menjawab tidak, 81 responden menjawab pernah, 133 responden menjawab tidak pernah, 40 responden menjawab perlu, dan 1 responden menjawab tidak perlu. Berdasarkan data tersebut jumlah tertinggi adalah 133 yaitu responden tidak pernah menggunakan media pembelajaran menulis cerita bergambar dengan metode discovery. Sementara itu, berdasarkan angket yang diberikan kepada dosen dan mahasiswa di Universitas AKI Semarang diperoleh data bahwa hasil angket dari 12 pertanyaan yang diajukan kepada 50 mahasiswa Universitas AKI Semarang. Tanggapan responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan. Rata-rata indeks skor jawaban berada pada rentang indeks skor tinggi. Berdasarkan data tersebut pertanyaan pertama mengenai pengetahuan tentang karya tulis ilmiah 24 responden menjawab ya, 0 menjawab tidak, 9 menjawab pernah, 0 menjawab tidak pernah, 3 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa karya tulis ilmiah perlu diajarkan untuk mahasiswa. Pertanyaan kedua mengenai materi karya tulis ilmiah, 0 responden menjawab ya, 3 menjawab tidak, 45 menjawab pernah, 3 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa materi karya tulis ilmiah pernah diajarkan pada mahasiswa. Pertanyaan ketiga mengenai mata kuliah tentang karya tulis ilmiah, 12 responden menjawab ya, 0 menjawab tidak, 27 menjawab pernah, 3 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa pernah mendapat karya tulis ilmiah pada mata kuliah tertentu. Pertanyaan keempat mengenai kesulitan dalam menulis karya tulis ilmiah, 0 responden menjawab ya, 18 menjawab tidak, 33 menjawab pernah, 6 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal Pembelajaran Menulis Karya Tulis Ilmiah dengan Metode Discovery di Perguruan Tinggi Marya Ulfa 152 ini menunjukkan bahwa mahasiswa pernah mengalami kesulitan dalam menulis karya tulis ilmiah. Pertanyaan kelima mengenai keperluan media untuk menulis karya tulis ilmiah, 9 responden menjawab ya, 0 menjawab tidak, 0 menjawab pernah, 0 menjawab tidak pernah, 45 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa memerlukan media untuk menulis karya tulis ilmiah. Pertanyaan keenam mengenai metode pembelajaran discovery, 0 responden menjawab ya, 39 menjawab tidak, 0 menjawab pernah, 6 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak mengetahui metode pembelajaran discovery. Pertanyaan ketujuh mengenai materi menggunakan metode discovery, 0 responden menjawab ya, 36 menjawab tidak, 0 menjawab pernah, 15 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa metode discovery tidak diajarkan pada mahasiswa. Pertanyaan kedelapan mengenai hasil pembelajaran menggunakan metode discovery. 0 responden menjawab ya, 30 menjawab tidak, 0 menjawab pernah, 6 menjawab tidak pernah, 6 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak pernah berhasil dengan metode discovery. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa 52 responden menjawab ya, 176 responden menjawab tidak, 96 responden menjawab pernah, 80 responden menjawab tidak pernah, 56 responden menjawab perlu, dan 0 responden menjawab tidak perlu. Berdasarkan data tersebut jumlah tertinggi adalah 176 yaitu responden tidak menggunakan media pembelajaran menulis cerita bergambar. Berbeda dengan hal tersebut, berdasarkan angket yang diberikan kepada dosen dan mahasiswa di Universitas Karya Husada Semarang diperoleh data hasil angket dari 12 pertanyaan yang diajukan kepada 50 mahasiswa Universitas Karya Husada Semarang. Tanggapan responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan tanggapan Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, 8 2, November 2021, 142-155 Copyright © 2021, Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, e-ISSN 2775-4618, p-ISSN 2355-8660 153 terhadap pertanyaan yang diajukan. Rata-rata indeks skor jawaban berada pada rentang indeks skor tinggi. Berdasarkan data tersebut pertanyaan pertama mengenai pengetahuan tentang karya tulis ilmiah 3 responden menjawab ya, 0 menjawab tidak, 0 menjawab pernah, 0 menjawab tidak pernah, 1 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa karya tulis ilmiah perlu diajarkan untuk mahasiswa. Pertanyaan kedua mengenai materi karya tulis ilmiah, 1 responden menjawab ya, 2 menjawab tidak, 21 menjawab pernah, 0 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa materi tidak pernah diajarkan pada mahasiswa. Pertanyaan ketiga mengenai mata kuliah tentang karya tulis ilmiah, 2 responden menjawab ya, 0 menjawab tidak, 19 menjawab pernah, 0 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada mata kuliah tentang karya tulis ilmiah. Pertanyaan keempat mengenai kesulitan dalam menulis karya tulis ilmiah, 0 responden menjawab ya, 1 menjawab tidak, 23 menjawab pernah, 0 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa pernah mengalami kesulitan dalam menulis karya tulis ilmiah. Pertanyaan kelima mengenai keperluan media untuk menulis karya tulis ilmiah, 0 responden menjawab ya, 0 menjawab tidak, 1 menjawab pernah, 0 menjawab tidak pernah, 22 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa memerlukan media untuk menulis karya tulis ilmiah. Pertanyaan keenam mengenai metode pembelajaran discovery, 4 responden menjawab ya, 2 menjawab tidak, 2 menjawab pernah, 0 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa mengetahui metode pembelajaran discovery. Pertanyaan ketujuh mengenai materi menggunakan metode discovery, 0 responden menjawab ya, 0 menjawab tidak, 22 menjawab pernah, 0 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa metode discovery pernah diajarkan pada mahasiswa. Pembelajaran Menulis Karya Tulis Ilmiah dengan Metode Discovery di Perguruan Tinggi Marya Ulfa 154 Pertanyaan kedelapan mengenai hasil pembelajaran menggunakan metode discovery. 7 responden menjawab ya, 0 menjawab tidak, 8 menjawab pernah, 0 menjawab tidak pernah, 0 menjawab perlu, dan 0 menjawab tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa pernah berhasil dengan metode discovery. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa 22 responden menjawab ya, 35 responden menjawab tidak, 101 responden menjawab pernah, 47 responden menjawab tidak pernah, 23 responden menjawab perlu, dan 0 responden menjawab tidak perlu. Berdasarkan data tersebut jumlah tertinggi adalah 101 yaitu responden pernah menggunakan media pembelajaran menulis cerita bergambar dengan metode discovery, tetapi masih dibutuhkan hal yang beda, penyempurnaan, dan lebih menarik lagi. 5. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, metode discovery belum banyak diterapkan oleh para dosen dalam pembelajaran karya tulis ilmiah. Ada pun kendalanya adalah 1 dosen masih menggunakan metode penugasan dan contoh, 2 dosen masih mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran dengan metode discovery, dan 3 dosen hanya memberikan materi karya tulis ilmiah secara sepintas disebabkan oleh ketidakfahaman sistematika antara kaidah secara umum dan selingkung. Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa dalam karya tulis ilmiah. Pemilihan metode yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan mahasiswa dalam karya tulis ilmiah. Adapun metode yang digunakan adalah discovery. Metode tersebut dapat mengoptimalkan kemampuan mahasiswa dalam menulis karya tulis ilmiah. Fakta yang diperoleh menunjukkan adanya kebutuhan akan metode pembelajaran yang tepat. Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, 8 2, November 2021, 142-155 Copyright © 2021, Jurnal CULTURE Culture, Language, and Literature Review, e-ISSN 2775-4618, p-ISSN 2355-8660 155 6. Daftar Pustaka Ahmad, Abu, dan Joko Tri Prasetyo. 2005. Strategi Belajar-Mengajar. Bandung Pustaka Setia. Burton, William. 1953. The Guidance of Learning Activity. New York Appleton Century. Djamarah, Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta Rineka Cipta. Echol, John M., dan Hasan Sadili. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta Gramedia. Hamalik, Oemar. 1994. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran; Dasar-Dasar dan Strategi Pelaksanaannya di Perguruan Tinggi. Bandung Trigenda Karya. Http//www. DOAJ-write artikel journal. Diunduh 15 Maret 2021. Ibrahim, R., dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta Rineka Cipta. Illahi, Muhammad Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocanational Skill. Yogyakarta Diva Press. Siregar, Masarudin. 1985. Didaktik Metodik dan Kedudukan dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta Subangsih. validasi-karya-ilmiah%20contoh%20dari% Elsevier. Co-Lab research and development of an online learning environment for collaborative scientific discovery learning. Issue 4, July 2005, pages 671-688 diunduh 21April 2021. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Guidance of Learning ActivityWilliam BurtonBurton, William. 1953. The Guidance of Learning Activity. New York Appleton Kurikulum dan Pembelajaran; Dasar-Dasar dan Strategi Pelaksanaannya di Perguruan TinggiOemar HamalikHamalik, Oemar. 1994. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran; Dasar-Dasar dan Strategi Pelaksanaannya di Perguruan Tinggi. Bandung Trigenda Pengajaran. Jakarta Rineka CiptaR IbrahimNana DanSyaodihIbrahim, R., dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta Rineka Discovery Strategy dan Mental Vocanational SkillMuhammad IllahiTakdirIllahi, Muhammad Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocanational Skill. Yogyakarta Diva Press.
perguruan tinggi mahasiswa pernah belajar